Negara Islam Indonesia (NII) kenapa harus pakai nama INDONESIA ?

Wah, sekarang lagi marak-maraknya main bom nih (kayak di point blank, main BM. Hahaha). Dan para tersangkanya adalah para anggota Negara Islam Indonesia (NII), yang mungkin maksud mereka adalah untuk BERJIHAD ! ckckck. Padahal, itu sangat BERBEDAAAAA JAUUUUUUUHHH dengan jihad yang dianjurkan (dibolehkan) dalam ISLAM. Jadi, yang membolehkan jihad kayak gitu ISLAM apa ?!
                Nah, sebelum kita berbicara lebih jauh, mari kita baca sejarah terbentuknya NII. Nah, ini dia. Hahaha.


SEJARAH TERBENTUKNYA NEGARA ISLAM INDONESIA (NII)

Terbentuknya NII berawal dari pemberontakan DI/TII di Jawa Barat. Berdasarkan kesepakatan yang tertuang dalam Perjanjian Renville, Divisi Siliwangi harus melakukan hijrah ke pusat pemerintahan RI di Yogyakarta. Sekitar 35.000 anggota Divisi Siliwangi terpaksa diangkut dengan kapal dari Cirebon ke Rembang, Jawa Tengah. Sementara itu, pasukan yang melalui jalur darat dikumpulkan di Parajukan, Cirebon, untuk selanjutnya diangkut dengan kereta api ke Gombong terus ke Yogyakarta. Dalam kegiatan itu, pasukan-pasukan Hisbullah dan Fisabilillah yang berada dibawah pengaruh Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo tetap tinggal di Jawa Barat dan tidak tunduk kepada perjanjian tersebut. Akibatnya, Jawa Barat menjadi kosong oleh kekuatan pasukan republik. Pasukan Hisbullah dan Fisabilillah memanfaatkan kekosongan itu dengan menyusun struktur pertahanan yang merupakan cikal bakal sebuah negara.
Kartosuwiryo rupanya bercita-cita mendirikan sebuah negara Islam di Indonesia yang terpisah dari RI. Gerakan separatis yang digerakkan Kartosuwiryo bernaung dalam sebuah organisasi yang dinamakan Darul Islam (DI). Dalam perkembangannya, DI mendapat dukungan kalangan pemimpin politik Islam radikal serta pasukan Hisbullah dan Fisabilillah. Sebagai persiapan, pada bulan Februari 1948 Kartosuwiryo menyelenggarakan kongres Islam di Cisayong, Jawa Barat. Isi kongres tersebut adalah sebagai berikut.
1)            Kartosuwiryo menjadi imam (pemimpin tertinggi) dari Negara Islam Indoneesia (NII).
2)            Pembentukan angkatan perang yang dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII) yang berintikan pasukan Fisabilillah dan Hisbullah.
3)            Penetapan Undang-Undang NII, yaitu Qanun Asasy Negara Islam Indonesia.

Pada 7 Agustus 1949 Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) di Desa Malangbong, Kabupaten Tasikmalaya. Gerakannya dinamakan Darul Islam (DI), sedangkan tentara yang mendukungnya disebut Tentara Islam Indonesia (TII). Oleh karena itu, kelompok gerakan separatis ini dinamakan DI/TII. Pengaruh gerakan DI/TII kemudian merembet ke Jawa Tengah, Aceh, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan. Di daerah-daerah tersebut, mereka melakukan makar yang merugikan negara, misalnya terror terhadap rakyat, membakar rumah-rumah penduduk yang tidak mendukungnya, dan melakukan sabotase, seperti membongkar rel kereta api.
                Tatkala pasukan Divisi Siliwangi melakukan long march ke tempat asalnya di Jawa Barat, mereka dihadang orang-orang DI/TII. Pertempuran antara pasukan TNI dan DI/TII tidak dapat dihindarkan. Pertempuran pertama terjadi di Desa Antralina, Malangbong pada 25 Januari 1949. Pihak republik cukup sulit menumpas pemberontakan DI/TII. Hal ini disebabkan beberapa hal berikut.
1)            Perhatian TNI terpecah menghadapi dua musuh sekaligus, yaitu Belanda dan DI/TII.
2)            Basis gerilya DI/TII berada di medan pegunungan.
3)            Pada awal pergerakan, DI/TII mendapat bantuan dari rakyat yang dihasutnya.
4)            DI/TII mendapat sokongan dana dari beberapa pemilik perkebunan Belanda dan tokoh-tokoh negara Pasundan.

                Untuk menanggulangi aksi DI/TII di Jawa Barat, pemerintah RI berusaha melakukan pendekatan pribadi terhadap Kartosuwiryo yang dilakukan oleh Mohammad Natsir (ketua partai Masyumi). Tujuannya agar DI/TII kembali ke pangkuan RI. Namun, usaha tersebut tidak memperoleh hasil. Oleh karena itu, TNI terpaksa menggelar Operasi Pagar Betis yang mengikutsertakan kekuatan rakyat. Melalui strategi ini, ruang gerak dan wilayah kekuasaan DI/TII semakin sempit. Akibatnya, dari hari ke hari banyak anggota DI/TII menyerahkan diri kepada pemerintah. Pada 4 Juni 1962, kesatuan Divisi Siliwangi akhirnya dapat menangkap kartosuwiryo beserta keluarga dan pengawalnya di atas Gunung Geber daerah Majalaya. Selanjutnya, Kartosuwiryo dijatuhi hukuman mati oleh suatu Mahkamah Angkatan Darat Jawa-Madura.

Setelah Kartosuwiryo dihukum mati, DI/TII menyebar ke :
1)            Jawa Tengah, pada 23 Agustus 1949 yang dipimpin oleh Amir Fatah.
2)            Sulawesi Selatan, pada 17 Agustus 1950 yang dipimpin oleh Kahar Muzakar.
3)            Kalimantan Selatan, pada 10 Oktober 1950 yang dipimpin oleh Ibnu Hadjar.
4)            Aceh, pada 20 September 1953 yang dipimpin oleh Tengku Daud Beureuh, tetapi pada tahun 1962 Tengku Daud Beureuh kembali ke tengah-tengah masyarakat Aceh.

                Kesimpulan gua, Indonesia dibangun dan dipertahankan oleh para PEJUANG ! Sedangkan, NII dibangun dan dipertahankan oleh para PENJURANG !
                Jadi, NGGAK PANTES kalo NII pake nama INDONESIA !!!!!
Nah, sampai disini dulu. Semoga artikel gua bermanfaat untuk kalian semua. Hahaha.





Komentar

Postingan Populer